Reminder
21 April 2025 – Hari Kartini
Setiap tahun, tanggal ini selalu membuatku berpikir lebih dalam tentang jadi perempuan di desa. Tentang bagaimana sampai hari ini, masih banyak yang percaya kalau perempuan tak perlu sekolah tinggi. Katanya, “ujung-ujungnya juga ke dapur.”
Aku tumbuh di tengah suara-suara itu—suara yang menyuruh perempuan cukup jadi istri, ibu, dan pengurus rumah. Seolah cita-cita kami hanya boleh sampai batas dinding rumah. Rasanya sesak, seperti dunia ini sempit sekali untuk mimpi-mimpi besar yang aku punya.
Di tempatku, masih banyak yang percaya bahwa perempuan cukup sekolah asal bisa baca, tulis, dan berhitung. Tak perlu kuliah, katanya, karena pada akhirnya perempuan akan ke dapur juga. Akan menikah, mengurus anak, memasak, mencuci, dan selesai. Seolah perempuan dilahirkan hanya untuk melayani, bukan untuk bermimpi atau mengubah dunia.
Padahal, menjadi perempuan bukan berarti tak boleh punya cita-cita. Bukan berarti harus memilih antara keluarga dan mimpi. Perempuan bisa menjadi apa saja—guru, dokter, petani, seniman, pemimpin. Perempuan bisa punya suara, bisa berpikir kritis, bisa membuat perubahan. Tapi untuk itu, mereka butuh ruang. Mereka butuh dukungan. Mereka butuh pendidikan.
Kadang aku bertanya-tanya, berapa banyak perempuan di desa ku yang menyimpan mimpi dalam diam? Yang sejak kecil sudah diberi tahu, “jangan terlalu tinggi bermimpi, kamu perempuan.” Yang mungkin ingin jadi dokter tapi disuruh menikah muda. Yang ingin sekolah tapi harus berhenti demi adik-adik laki-lakinya.
Aku ingin jadi suara untuk mereka. Aku ingin jadi bukti bahwa perempuan juga bisa. Bahwa punya mimpi bukan sesuatu yang memalukan. Aku tahu perjuangan ini tidak mudah. Tapi setiap langkah kecil tetap berarti.
Tapi aku juga tahu, semangat Kartini bukan cuma tentang perempuan pakai kebaya dan baca puisi. Semangat Kartini itu tentang melawan batas yang dibuat oleh pikiran sempit. Tentang membuktikan bahwa perempuan juga berhak pintar, berhak memilih jalan hidupnya sendiri, dan berhak punya mimpi yang tinggi.
Aku menulis ini sebagai pengingat untuk diriku sendiri: aku tidak akan berhenti belajar, walau mereka bilang “buat apa.” Karena aku percaya, perempuan berpendidikan itu bukan sekadar untuk keluar dari dapur—tapi untuk membuat dapur itu penuh cahaya dan pilihan.
Hari ini, aku ingin jadi Kartini versiku sendiri. Dan semoga, suatu hari nanti, laki-laki maupun perempuan—tumbuh tanpa pernah diajari bahwa mimpi mereka tergantung pada jenis kelamin.
#Selamat hari kartini untuk kartini se-indonesia✨

Komentar
Posting Komentar