Tuhan, izinkan aku berhasil diatas keraguanku
Malam ini, aku menangis lagi. Entah sudah berapa kali aku begini—duduk diam, memandangi langit-langit kamar, dan air mata jatuh tanpa suara. Rasanya lelah. Bukan cuma fisik, tapi hati ini juga terasa penuh, sesak, seperti menahan beban yang tak kelihatan.
Aku capek dengan semua orang yang datang dan pergi seolah aku ini tempat persinggahan. Mereka datang saat butuh, lalu pergi saat semuanya membaik. Aku bukan rumah bagi siapa-siapa, hanya halte sementara. Dan jujur, aku lelah menjadi tempat singgah yang dilupakan begitu saja.
Masalah juga nggak pernah berhenti. Seperti hujan deras yang nggak kasih jeda untuk bernapas. Satu selesai, datang lagi yang lain. Aku pengen menyerah, tapi nggak tahu harus lari ke mana.
Aku ngerasa nggak beruntung dalam hal apapun. Dalam pertemanan, aku sering merasa sendirian meskipun dikelilingi banyak orang. Dalam percintaan, hatiku sering disakiti, atau mungkin aku yang terlalu berharap. Keluarga juga nggak selalu bisa jadi tempat pulang yang nyaman. Aku tumbuh dalam keluarga yang retak—broken home, istilahnya. Rumahku bukan tempat penuh pelukan, tapi penuh diam, bentakan, dan jarak. Kadang aku iri lihat orang lain bisa bercerita ke orang tuanya, pulang ke rumah dengan senyum. Sedangkan aku? Aku cuma pengen keluar dari tempat yang seharusnya jadi zona aman, tapi malah bikin luka makin dalam.
Tapi meskipun semua ini terjadi, aku masih di sini. Masih bernapas. Masih mencoba. Mungkin itu tanda kalau aku masih punya harapan, walaupun kecil. Mungkin suatu hari nanti semua ini akan ada akhirnya. Tapi malam ini… izinkan aku menangis lagi tuhan.

Komentar
Posting Komentar