Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2025

Hilang

Gambar
Hari ini aku merasa benar-benar kehilangan arah. Bukan karena sesuatu yang besar sedang terjadi, tapi justru karena segalanya terasa kosong. Aku bangun dengan perasaan hampa, dan sepanjang hari berjalan seolah aku hanya menjalankan rutinitas tanpa jiwa. Seperti tubuhku bergerak, tapi pikiranku terjebak di tempat lain—di ruang gelap yang aku sendiri pun nggak paham sepenuhnya. Satu hal yang sangat terasa hari ini adalah kesendirian. Bukan cuma sendiri secara fisik, tapi kesepian yang menyentuh hati paling dalam. Aku sadar… aku nggak punya siapa-siapa. Nggak ada keluarga yang bisa aku ajak bicara dari hati ke hati, nggak ada teman yang benar-benar paham, apalagi sahabat yang tahu isi pikiranku tanpa aku perlu banyak bicara. Pacar? Bahkan itu pun hanya bayangan yang nggak pernah ada dalam hidupku. Lucu ya, selama ini aku hidup di antara orang-orang. Aku pernah tertawa bareng, ngobrol, bercanda, bahkan sesekali bercerita. Tapi ternyata, semua itu nggak benar-benar membuatku merasa "te...

Reminder

Gambar
21 April 2025 – Hari Kartini Setiap tahun, tanggal ini selalu membuatku berpikir lebih dalam tentang jadi perempuan di desa. Tentang bagaimana sampai hari ini, masih banyak yang percaya kalau perempuan tak perlu sekolah tinggi. Katanya, “ujung-ujungnya juga ke dapur.” Aku tumbuh di tengah suara-suara itu—suara yang menyuruh perempuan cukup jadi istri, ibu, dan pengurus rumah. Seolah cita-cita kami hanya boleh sampai batas dinding rumah. Rasanya sesak, seperti dunia ini sempit sekali untuk mimpi-mimpi besar yang aku punya. Di tempatku, masih banyak yang percaya bahwa perempuan cukup sekolah asal bisa baca, tulis, dan berhitung. Tak perlu kuliah, katanya, karena pada akhirnya perempuan akan ke dapur juga. Akan menikah, mengurus anak, memasak, mencuci, dan selesai. Seolah perempuan dilahirkan hanya untuk melayani, bukan untuk bermimpi atau mengubah dunia. Padahal, menjadi perempuan bukan berarti tak boleh punya cita-cita. Bukan berarti harus memilih antara keluarga dan mimpi. Perempuan bi...

Tuhan, izinkan aku berhasil diatas keraguanku

Gambar
Malam ini, aku menangis lagi. Entah sudah berapa kali aku begini—duduk diam, memandangi langit-langit kamar, dan air mata jatuh tanpa suara. Rasanya lelah. Bukan cuma fisik, tapi hati ini juga terasa penuh, sesak, seperti menahan beban yang tak kelihatan. Aku capek dengan semua orang yang datang dan pergi seolah aku ini tempat persinggahan. Mereka datang saat butuh, lalu pergi saat semuanya membaik. Aku bukan rumah bagi siapa-siapa, hanya halte sementara. Dan jujur, aku lelah menjadi tempat singgah yang dilupakan begitu saja. Masalah juga nggak pernah berhenti. Seperti hujan deras yang nggak kasih jeda untuk bernapas. Satu selesai, datang lagi yang lain. Aku pengen menyerah, tapi nggak tahu harus lari ke mana. Aku ngerasa nggak beruntung dalam hal apapun. Dalam pertemanan, aku sering merasa sendirian meskipun dikelilingi banyak orang. Dalam percintaan, hatiku sering disakiti, atau mungkin aku yang terlalu berharap. Keluarga juga nggak selalu bisa jadi tempat pulang yang nyaman. Aku tum...